Mengeksplorasi Bukittinggi dalam waktu sehari? Mungkin saja! Kita tetap bisa menikmati nuansa asri kota berjulukan Parijs van Sumatera ini.
Pemandangan Kota Bukittinggi dari atasBukittinggi, atau yang dulu disebut dengan Fort de Kock, populer sebagai kota perjuangan yang menjadi tempat kelahiran beberapa tokoh pendiri negeri ini, salah satunya ialah Mohammad Hatta.
Sesuai namanya, kota ini terletak pada dataran tinggi, tepatnya di rangkaian Bukit Barisan yang membujur sepanjang pulau Sumatera. Kota yang bersaudara (sister city) dengan Seremban di Malaysia ini dikelilingi oleh dua buah gunung berapi, yakni Gunung Singgalan dan Gunung Marapi. Karena berada di ketinggian 909-941 meter di atas permukaan laut (dpl), Bukittinggi berhawa sejuk. Di samping sisi historisnya, Bukittinggi juga memiliki banyak objek wisata alam dengan pemandangan yang memanjakan mata. Berikut diantaranya:
Air Terjun Lembah Anai
Pukul 10:00 – 10:30 WIB
Air Terjun Lembah Anai berada di antara kota Padang dan Bukittinggi. Tepatnya di Kecamatan Sepuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat. Air terjun ini terletak di tepi jalan yang ramai oleh lalu-lalang kendaraan. Para wisatawan yang baru mendarat di Bandar Udara Minangkabau dan hendak ke Bukittinggi, akan melewati air terjun ini. Tingginya yang mencapai 40 meter akan menarik perhatian siapapun yang melintasinya.
Lembah Anai sendiri merupakan daerah cagar alam yang dilindungi dengan aneka ragam jenis flora dan fauna. Airnya berasal dari Gunung Singgalang. Banyak wisatawan yang berhenti untuk menikmati air terjun ini. Ada yang sampai mencelupkan kaki, ada pula yang hanya berfoto di depannya. Percikan air terjun ini cukup deras, sehingga pastikan agar percikan air tak mengenai bagian lensa kamera.
Air Terjun Lembah AnaiDi sepanjang jalan menuju lokasi air terjun ini banyak monyet yang berkeliaran dan lompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Namun jangan kuatir, mereka tidak akan mengganggu wisatawan yang sedang asyik menikmati dinginnya air terjun Lembah Anai.
Bagi yang tak sempat sarapan, terdapat warung makan di sekitar lokasi air terjun. Mereka menyajikan beragam makanan dan minuman, serta oleh-oleh khas Sumatera Barat, seperti keripik Sanjai, dodol, dan lain sebagainya.
Untuk menuju lokasi, wisatawan dapat menggunakan kendaraan pribadi melalui jalur lintas Sumatera, atau naik kendaraan umum dengan tarif mulai dari Rp 20.000. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 1 jam.
Jam buka: Pk 09:00 – 18:00 WIB
Harga tiket masuk: Rp 2.000
.
Desa Sanjai
Pukul 12:00 – 14:00 WIB
Dari namanya kita sudah tahu bahwa desa ini berhubungan dengan keripik Sanjai yang menjadi oleh-oleh khas Sumatera Barat tersebut. Ya, desa ini adalah daerah pertama penghasil keripik balado yang populer itu.
Wisatawan yang berkunjung ke Desa Sanjai umumnya bersama rombongan. Untuk itu, pengelola setempat menyediakan sarana transportasi berupa kereta kuda (bendi) untuk eksplorasi desa. Bendi ini juga tersebar di berbagai daerah di Bukittinggi. Sehingga alih-alih keliling kota dengan kendaraan bermotor, wisatawan dapat memilih cara tradisional dengan naik bendi.
Salah satu produsen keripik yang ada di sini ialah Sanjai Limpapeh. Meski tergolong industri rumahan, mereka mampu memproduksi sebanyak 300 -500 kilogram per hari, tergantung pesanan. Ada sekitar 10 orang karyawan yang bekerja di sini, mayoritas ibu rumah tangga. Mereka bekerja mulai pukul 05:30 hingga matahari terbenam, atau sekitar pukul 18:00.
Proses produksi keripik singkong khas Desa SanjaiWisatawan dapat menyaksikan langsung proses pembuatan keripik singkong di tempat ini. Ada ibu-ibu yang kebagian mengupas singkong, mengiris, menggoreng, membumbui, dan mengemas. Keripik dijual dalam dua rasa, asin dan pedas. Setengah kilogram keripik asin dijual seharga Rp 10.000, sementara yang pedas dua kali lipatnya, yakni Rp 10.000 per seperempat kilogram.
Tak jarang wisatawan memborong keripik saat berkunjung ke sini. Tak perlu kuatir, mereka juga menyediakan kardus oleh-oleh bagi pengunjung yang membeli dalam jumlah banyak.
Ke depannya, Desa Sanjai akan dikembangkan sebagai desa wisata. Sehingga produksi rumahan kripik singkong tak lagi menjadi satu-satunya aset wisata desa ini. Beragam aktivitas wisata sedang dirancang oleh pemerintah daerah untuk menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara. Lokasi persawahan di desa ini juga akan dimaksimalkan menjadi atraksi wisata tersendiri. Wisatawan dapat mencoba langsung menuai padi secara tradisional, dan membawa pulang hasil beras tersebut. Selain itu, mereka juga dapat melihat proses kerajinan bordir kerancang khas Bukittinggi.
Jam Gadang
Pukul 15:30-16:30
Jam Gadang adalah landmark kota Bukittinggi yang berada tepat di jantung kota. Jam bersejarah ini berdiri megah di tengah Taman Sabai Nan Aluih, di seberang Istana Bung Hatta atau yang juga dikenal sebagai Istana Tri Arga.
Monumen ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, Sekretaris Kota Bukittinggi pada masa pemerintahan Hindia Belanda pada zaman dahulu. Arsitek Yazid Abidin Sutan Gigi Ameh didaulat sebagai arsitek dalam pembangunan monumen ini pada tahun 1926.
Pemandangan kota Bukittinggi dari puncak menara Jam Gadang.Terjadi beberapa kali perubahan bentuk pada bagian puncak Monumen Jam Gadang. Awalnya, bagian puncak berbentuk bulat dan terdapat patung ayam jantan di atasnya. Saat Jepang menguasai nusantara, kemudian diubah menjadi bentuk kelenteng. Baru pada masa kemerdekaan bagian puncak diubah menjadi bentuk atap rumah adat Minangkabau.
Keunikan angka 4 di Jam GadangAda satu keunikan yang terdapat pada jam ini. Penulisan angka menggunakan nominal Romawi, namun angka 4 ditulis “IIII” dan bukannya “IV” sebagaimana biasanya.
Kini, selain berdiri megah sebagai ikon kota Bukittinggi, Jam Gadang dan taman yang menaunginya menjadi salah satu tempat favorit warga lokal maupun wisatawan untuk bersantai.
Jika bosan menikmati Jam Gadang dari bawah, wisatawan diizinkan naik ke puncak menara. Tidak dipungut biaya alias gratis, namun dibatasi sampai empat orang saja mengingat kondisi tangga yang sudah tua.
Dari puncak menara inilah kita dapat menikmati pemandangan kota Bukittinggi. Atap rumah khas Minangkabau terlihat menghiasi kota, berpadu serasi dengan pepohonan hijau yang menyegarkan mata.
Ngarai Sianok
Pukul 17:30-18:00
Ngarai Sianok adalah sebuah lembah curam yang terlak di perbatasan kota Bukittinggi dengan Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Lembah ini memanjang dan berkelok, membentang sepanjang 15 Km dengan lebar sekitar 200 m. Ngarai ini merupakan bagian dari Patahan Semangko yang memisahkan Pulau Sumatera menjadi dua bagian memanjang.
Lembah kebanggaan Sumatera Barat ini terbentang luas dengan dua dindingnya berdiri berhadapan dengan hampir tegak sempurna.Dinding inilah yang membentuk ngarai, yang merupakan area pemukiman warga dan ladang padi. Keduanya dipisahkan oleh Gunung Singgalang dan kota Bukittinggi. Di zaman kolonial Belanda, banyak kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai, sehingga tak heran jika lembah ini disebut kerbau sanget.
Kita juga dapat menikmati keindahan alam ngarai dari Taman Panorama. Dari sini, Kita juga dapat mengunjungi bunker peninggalan zaman Jepang yang berada di dasar ngarai. Lubang Jepang yang pembangunannya diperkirakan pada tahun 1942 ini menelan banyak korban akibat kerja paksa (romusha) yang diberlakukan oleh penjajah Jepang. Jika ditelusuri, salah satu pintu keluar dari terowongan ini adalah jalan menuju ke bagian bawah Ngarai Sianok.
Waktu terbaik mengunjungi Ngarai Sianok adalah pagi atau sore hari untuk menikmati matahari terbit atau terbenam.
Harga tiket masuk: Taman Panorama Rp 3000
0 comments:
Post a Comment