Mandala Airlines mengundang media dari Jakarta dan Singapura ke Padang dalam rangka merayakan dua rute baru mereka, Jakarta-Padang dan Singapura-Padang PP.
Rute baru yang menghubungkan Padang dengan dua kota internasional, Jakarta dan Singapura, resmi beroperasi sejak 1 Desember 2012. Wego Indonesia menjadi salah satu media yang diundang dan berkesempatan mengikuti road trip tersebut. Selama dua hari, rombongan mengunjungi beberapa objek wisata di Batusangkar, Bukittinggi, dan Sawahlunto.
Hari pertama rombongan menyusuri jalan lintas Sumatera di jalur Padang-Bukittinggi dan singgah sebentar di Air Terjun Anai. Air terjun yang terletak di pinggi jalan ini menarik banyak wisatawan lokal. Perjalanan kemudian berlanjut dengan mengunjungi objek wisata bersejarah, diantaranya Lubang Mbah Soero yang menyimpan cerita kelam akan pekerja tambang batubara yang juga dikenal sebagai manusia rantai, dan Museum Goedang Ransum tempat mengolah makanan untuk para pekerja tambang. Danau Singkarak menjadi pemberhentian terakhir, sekaligus tempat menikmati matahari terbenam sambil mencicipi camilan ikan bilih khas daerah sini.
Pemandangan alam yang memanjakan mata di kawasan hutan lindung Lembah Harau.Di hari kedua, bus wisata yang membawa rombongan media bergerak menuju Lembah Harau. Kawasan hutan lindung ini memiliki pemandangan alam yang mempesona dengan tebing-tebing tinggi dan sembilan air terjun yang terdapat di dalamnya. Namun, hanya dua air terjun (sarasah) yang sempat disambangi, Sarasah Bunta dan Sarasah Murai, karena keterbatasan waktu. Kabar baiknya, kami sempat mencicipi kopi Urang Awak khas Sumatera Barat yang aromanya harum. Tingkat keasaman dan kepekatannya pas, sehingga nikmat diminum dengan kudapan favorit.
Di tengah perjalanan, Direktur Komersial Mandala Airlines, Brata Rafly menyatakan bahwa tujuan kunjungan ini adalah agar masyarakat lebih mengetahui potensi wisata yang dimiliki kota Padang. “Mandala membuka dua rute baru Jakarta-Padang dan Singapura-Padang PP agar Padang lebih mudah diakses oleh wisatawan dari kedua kota internasional tersebut.” ujarnya.
Desa Sanjai yang tersohor berkat keripik singkong balado yang banyak diproduksi oleh warga.Menjelang makan siang, rombongan bergerak menunju Desa Sanjai. Sesampainya di sana kami disambut oleh pertunjukan silat khas Minangkabau yang diperagakan oleh beberapa orang pemuda. Selain silat, mereka juga memperlihatkan aksi semacam debus, dengan melompati rintangan yang dipenuhi nyala api. Atraksi ini semakin meriah dengan iringan tetabuhan khas Sumatera Barat.
Untuk menuju ke dalam, kami semua menumpang delman yang telah disediakan oleh pemda setempat. Seru rasanya naik delman menyusuri daerah persawahan yang hijau, dan pemandangan Gunung Singgalang yang menjulang.
Setelah itu, kami diajak melihat langsung proses pembuatan kripik balado Sanjai yang populer. Salah satunya adalah keripik Sanjai Limpapeh. Industri rumahan ini seharinya mampu memproduksi 300 Kg keripik singkong. Jika sedang banyak pesanan, mereka bahkan mampu memproduksi hingga lebih dari 500 Kg.
Makan bajamba dengan pemandangan hamparan sawah dan Gunung Singgalang.Rombongan dijamu makan siang oleh Walikota Bukittinggi, Ismet Amzis, bersama warga Desa Sanjai, dalam acara makan bajamba khas Minangkabau. Makan bajamba atau yang juga disebut makan barapak adalah tradisi makan bersama di suatu tempat yang telah ditentukan, dan biasanya berlangsung pada momen-momen spesial seperti upacara adat, pesta adat, atau panen raya.
Usai bersantap, Ismet memaparkan rencana pemerintah daerah Bukittinggi yang akan mengembangkan Desa Sanjai sebagai desa wisata. Saat ini orang-orang hanya mengenal Desa Sanjai berkat keripik singkongnya, namun menurutnya, desa ini memiliki potensi yang lebih dari itu.
Ke depannya, ia juga akan memaksimalkan lokasi persawahan di desa ini menjadi sebuah atraksi wisata tersendiri. Wisatawan dapat mencoba menuai padi secara tradisional. Tak hanya itu, mereka juga dapat membawa pulang beras yang telah mereka tuai. Kerajinan bordir kerancang khas Bukittinggi akan turut dikembangkan sebagai bagian dari promosi Sanjai sebagai desa wisata.
Jam Gadang, ikon kota Bukittinggi.Sebelum beranjak ke bandara dan bersiap kembali ke ibukota, kami menyempatkan diri untuk berfoto di landmark kota Bukittinggi, Jam Gadang. Jam yang kerap disebut-sebut sebagai Big Ben-nya Indonesia ini unik, sebab angka 4-nya menggunakan IIII, dan bukannya IV seperti numerikal Romawi pada umumnya.
Kunjungan media dalam rangka rute penerbangan baru Mandala Airlines ini membawa misi memperkenalkan Sumatera Barat kepada wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, sebagai destinasi wisata potensial yang sayang untuk dilewatkan. Sebelum berpisah dengan rombongan media dari Jakarta yang akan pulang, Brata sekali lagi menegaskan bahwa Sumatera Barat dapat dikondisikan seperti Bali yang menjadi tujuan wisata terpopuler, untuk Indonesia bagian barat, jika ditunjang dengan promosi wisata yang tepat.
0 comments:
Post a Comment