Tuesday, February 5, 2013

Menikmati tebing dan air terjun di Lembah Harau

Jalan menuju Lembah Harau Jalan menuju Lembah Harau diapit oleh persawahan dan tebing-tebing datar yang tinggi.

Waktu zaman SD kita sering menggambar pemandangan berupa gunung dan jalan di bagian tengah yang membelah persawahan. Seperti itulah pemandangan di lokaso Lembah Harau. Sebuah daerah ngarai yang berada di Kota Payakumbuh, Kabupaten Limapuluh Koto, Sumatera Barat. Bedanya, yang tegak menjulang di ujung jalan bukan gunung, melainkan tebing-tebing tegak lurus.

Jalan-jalan ke Sumatera Barat pantang melewatkan obyek wisata alam yang satu ini. Area ini mudah dikenali dengan adanya tebing-tebing batu pasir yang menjulang tinggi yang menjadi rumah bagi tujuh air terjun yang ada. Tinggi tebing bervariasi antara 100-500 meter.

Sepanjang perjalanan Anda akan disuguhi pemandangan alam yang asri. Sejauh mata memandang, hanya hamparan sawah hijau dan tebing-tebing tinggi menjulang. Tak jarang ada wisatawan yang menghentikan kendaraannya sekadar untuk berfoto atau khusus memotret pemandangan.

cincau tradisional Berhubung tak sempat mencicipi cincau cappucino yang sedang tren di Payakumbuh, cincau tradisional ini pun jadi.

Jika beruntung, Anda akan menemukan penjual cincau tradisional yang menjajakan dagangannya dengan sepeda. Saat berkunjung ke sini akhir tahun lalu, Wego termasuk yang beruntung. Kami sempat menjajal cincau hijau yang dibanderol Rp 5.000 per gelas. Layaknya cincau-cincau pada umumnya, sang penjual menyediakan dua pilihan kuah, sirup merah atau air gula yang berwarna putih.

Lembah Harau berjarak sekitar 138 Km dari Padang. Dari Bukittinggi hanya berjarak sekitar 47 Km, atau dapat ditempuh selama 1,5 jam berkendara. Perjalanan menuju lokasi berkelok-kelok. Bagi Anda yang kerap mengalami mabuk darat, sebaiknya selalu menyediakan obat anti mabuk di dalam tas. Namun semua terbayar begitu kita tiba di Lembah Harau.

Titik gema Titik gema yang menjadi lokasi menjajal kemampuan berteriak bagi para pelancong.

Keelokan alam Lembah Harau juga dikenal oleh pecinta olahraga panjat tebing. Area ini bahkan mendapat julukan Indonesian Yosemite. Lembah Harau berdiri di area seluas 270,5 hektar. Daerah ini resmi ditetapkan sebagai cagar alam pada 10 Januari 1993. Berbagai spesies tanaman hutan hujan tropis dan binatang asli Sumatera terdapat di sini.

Lembah Harau terdiri dari tiga kawasan: Resort Aka Barayun, Resort Sarasah Bunta, dan Resort Rimbo Piobang. Ketiganya memiliki karakter yang berbeda-beda, meskipun kawasan Rimbo Piobang belum digarap sepenuhnya. Di lokasi Aka Barayun terdapat tiga buah air terjun yang salah satunya diberi tambahan kolam renang demi menarik lebih banyak pengunjung. Terutama para keluarga yang membawa anak-anak mereka yang masih berusia Sekolah Dasar. Kontur fisik Aka Barayun yang berbukit batu terjal membuatnya berpotensi dikembangkan menjadi arena olahraga panjat tebing.

Fasilitas yang terdapat di Akar Berayun tergolong lebih lengkap. Selain terdapat penginapan berupa homestay hingga cottage. Tarif menginapnya mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 2 juta per malam. Kawasan ini juga menyediakan delman sebagai alat transportasi. Jika bosan bermain di air terjun, Anda dapat menikmati pemandangan Lembah Harau dari atas tebing. Pihak pengelola menyediakan tangga untuk memudahkan perjalanan para wisatawan untuk mencapai puncak. Setelahnya, Anda bisa melanjutkan perjalanan ke penangkaran kupu-kupu yang terdapat di kebun binatang mini, atau menjajal gema dengan berteriak di titik gema (echo point) yang ada di kawasan ini.

Resort Sarasah Bunta terletak di sebelah timur Aka Barayun. Di kawasan ini terdapat empat buah air terjun, yakni Sarasah Aie Luluih, Sarasah Bunta, Sarasah Murai, dan Sarasah Aie Angek.

pakis monyet Penjual tanaman pakis monyet yang dapat Anda temukan di jalan menuju air terjun Sarasah Bunta.

Di pinggir jalan menuju kawasan air terjun Sarasah Bunta, kita akan menemukan penjual tanaman hias. Yang paling mencuri perhatian adalah tanaman unik berbulu  Pakis Monyet. Secara sepintas, pakis ini lebih menyerupai hewan dibandingkan tanaman. Bulu-bulu yang dihasilkan dipercaya memiliki berbagai kegunaan, salah satunya untuk mengobati luka. Caranya dengan membakar bulu tersebut hingga menjadi abu, lalu tutupi pada luka. Menurut cerita penjual tanaman, pernah ada wisatawan Jepang yang membeli Pakis Monyet dalam jumlah banyak untuk memanfaatkan bulu-bulu tersebut menjadi boneka.

Jika berminat memelihara Pakis Monyet di rumah, cara memeliharanya cukup mudah. Letakkan tanaman dalam wadah yang berisi air. Jika disiram dengan rutin, niscaya tanaman berbulu ini akan tumbuh subur.

Kawasan air terjun Sarasah Bunta cukup landai. Kita bisa bermain air tanpa kuatir baju menjadi basah. Namun bagi yang ingin berenang juga tak perlu kuatir akan kerepotan. Lembah Harau menyediakan tempat bilas dan toilet yang berada di depan pintu masuk. Bagi yang hobi foto-foto, jangan lupa untuk melindungi lensa kamera Anda dari cipratan air terjun.

air terjun Sarasah Bunta Bentuk air terjun Sarasah Bunta yang dipercaya menyerupai penampakan seorang bidadari yang sedang mandi.

Masing-masing air terjun dinamai sesuai ciri khas daerah tersebut. Misalnya Sarasah Murai yang pada siang hari sering disinggahi burung-burung Murai, atau Sarasah Aie Angek yang airnya terasa hangat. Yang unik, Sarasah Bunta dipercaya memiliki kemiripan dengan bidadari yang sedang mandi, terutama jika bentuk air terjunnya yang tampak berlekuk dan terkena sinar matahari. Sementara Sarasah Aie Luluih airnya mengalir melewati dinding batu, dan berakhir di kolam pemandian alami.

Sarasah Murai Dinamakan Sarasah Murai sebab pada siang hari burung Murai banyak ditemukan di tempat ini.

Di sekitar lokasi air terjun  air terjun Sarasah Murai terdapat warung makan yang menyediakan camilan khas Sumatera Berat. Salah satunya opak yang dimakan dengan bumbu Sate Padang. Rasanya gurih bercampur pedas. Cocok dimakan di tengah udara Lembah Harau yang sejuk. Apalagi jika ditambah secangkir kopi Urang Awak khas Sumatera Barat. Kopi ini beraroma harum dengan kepekatan dan tingkat keasaman yang pas, sehingga dapat dinikmati oleh bukan pecinta kopi sekalipun. 

kopi Urang Awak dan opak Camilan khas di Sarasah Murai, kopi Urang Awak dan opak yang dimakan dengan bumbu sate Padang.

Objek Wisata Lembah Harau dapat dijangkau menggunakan transportasi darat. Ada berbagai opsi yang bisa kita pilih. Dari kota Padang ke Payakumbuh, perjalanan ditempuh selama kurang lebih 3 jam. Jika naik angkutan umum, ongkosnya sebesar Rp 20.000 per orang. Dari sana, kita masih harus menyambung dengan bis jurusan Sari Lama (Lamaksari), lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 5 Km, atau naik ojek. Tiket masuk Lembah Harau untuk dewasa sebesar Rp 5.000 per orang, dan untuk anak-anak Rp 3.000 per orang.

Demi efisiensi waktu, Wego menyarankan bagi yang ingin ke Lembah Harau untuk menyewa mobil atau motor. Apapun pilihan kendaraan Anda, perjalanan yang cukup menguras waktu dan tenaga tersebut akan terbayar dengan keindahan alam yang disuguhkan oleh Lembah Harau.


View the original article here

0 comments:

Loading....

Post a Comment